SISWA YANG MEM-BULLYING DI SEKOLAH
A.
PENGANTAR
Sekolah
merupakan pendidikan formal yang menunjang keberhasilan anak bangsa karena
sekolah merupakan wadah untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pendidikan,
dengan adanya pendidikan di sekolah maka akan tercipta kader-kader penerus
bangsa yang bermutu dan berkualitas.
Ada
kalanya di lingkungan sekolah terdapat siswa yang memiliki prestasi tinggi dan juga terdapat siswa yang mempunyai
prestasi yang rendah hal tersebut terjadi bukan hanya di akibatkan karena
faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Tujuan
pendidikan telah dirumuskan dengan sangat baik, tetapi hal itu tidak otomatis
tidak terjadi permasalahan di dunia pendidikan salah satu permasalahan yang
terjadi didunia pendidikan adalah mengenai perilaku siswa permasalahan yang
muncul mulai dari masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian sampai
perkelahian atau pemukulan sampai berakhir kematian.
Kekerasan yang
dilakukan berlansung secara sistematis dengan istilah bullying. Bullying
sendiri di definisikan sebagai tindakan menyakiti secara fisik dan psikis
secara terencana oleh pihak yang merasa lebih berkuasa terhadap yang lemah.
Tindakan
intimidasi atau bullying kerap menjadi ketakutan bagi para peserta
didik, orangtua, dan kalangan pendidik, karena bullying merupakan suatu
tindakan kekerasan, pelecehan dan intimidasi yang dapat mencelakakan murid di
sekolah. Bullying bisa dilakukan secara verbal (mengatai, menjuluki, menghina,
mencela, memfitnah, memaki, atau mengancam), secara fisik (menendang, mencubit,
menghukum dengan lari keliling lapangan, dll), dan mental (menjauhi, meneror,
mengintimidasi, diskriminasi, mengabaikan, memelototi, dll). Dalam kaitannya
dengan bullying di sekolah, ini bisa dilakukan oleh individu ke individu,
kelompok ke individu atau kelompok ke kelompok. Tujuannya adalah si pelaku
ingin menunjukkan kekuatannya kepada orang lain.
Misalnya,
para senior yang ingin menunjukkan kekuatannya pada junior dengan cara menguji
fisik. Bisa jadi dalam pandangan si senior, adik kelasnya ini cupu (culun
punya), pendiam, banyak tingkah, atau mengabaikan kehendak senior. Dan pada
akhirnya karena kebablasan, terjadilah penganiayaan yang sudah masuk kategori kriminal.
Contoh lain misalnya seorang siswa yang semena-mena terhadap orang lain
khususnya siswa yang kurang mampu secara fisik maupun materi karena ia
menganggap dirinya memiliki kelebihan baik fisik maupun materi dan tergolong
anak orang kaya maka siswa tersebut melakukan tindakan intimidasi agar siswa lain
tunduk padanya, atau dalam kasus lain intimidasi terjadi karena adanya
keinginan untuk membalas dendam.
Banyak faktor yang
melatarbelakangi terjadinya bullying. diantaranya karena faktor orangtua di
rumah yang tipe suka memaki, membandingkan atau melakukan kekerasan fisik. Yang
dapat mengakibatkan anak bisa menjadi individu yang merasa rendah diri ataupun
pemarah. Di sekolah dia bisa menjadi pembuli (pelaku bullying) atau dibuli
(korban bullying). Selain faktor orangtua, teman-teman juga bisa menjadi pemicu.
Supaya dianggap cool, anak-anak ikut-ikutan menjadi pembuli. Faktor lain
misalnya, anak-anak yang sangat dimanja di rumah, atau tergolong anak orang
kaya yang keinginannya selalu di wujudkan oleh orang tuanya sehingga semua
orang di sekolah harus tunduk pada dia. Atau, faktor media yang banyak
menayangkan tontonan kekerasan.
B. TUJUAN
1.
Agar siswa dapat
menghindari dan mencegah perilaku bullying yang dapat merugikan diri sendiri
dan orang lain.
2.
Membuka
pengatahuan siswa bahwa bullying merupakan tindakan intimidasi yang dapat
berujung kematian.
3.
Siswa di
harapkan memiliki perilaku yang bermoral dan berkarakter dengan tidak melakukan
tindak kekerasan di lingkungan sekolah, keluarga maupun di masyarakat.
C.
TOPIK : Siswa Yang Mem-Bullying di Sekolah
D.
CONTOH KASUS
Contoh kasusnya
adalah pada seorang anak laki-laki sebut saja si B yang baru saja duduk di
bangku SMA disalah satu sekolah X. Awalnya B sangat bersemangat untuk sekolah
di sekolah X tersebut, karena sekolah ini adalah salah satu sekolah favorit di kota
tempat ia tinggal. B pun merasa senang karena memiliki teman-teman yang sangat
banyak dan baik padanya. Namun dengan berjalannya waktu, B mulai merasa bahwa
dirinya kurang nyaman dan merasa terancam dengan keberadaan kakak kelas dan
para alumni di sekolah X tersebut. Setiap hari B harus selalu mengumpulkan uang
dari teman-teman sekelasnya untuk disetor kepada kakak kelasnya. B melakukan
ini karena merasa cemas dan takut dipukuli oleh seniornya, walaupun sebenarnya
ia merasa bersalah terhadap teman-teman sekelasnya. Hingga suatu hari,
teman-temannya melaporkan hal ini kepada salah satu guru untuk melindungi B
dari perilaku buruk kakak kelasnya. Namun apa yang terjadi, B merasa takut
untuk ke sekolah, ia lebih sering kabur dari sekolah karena takut untuk dimintai
keterangan tentang apa yang terjadi. Dan yang paling menyedihkan adalah
semenjak B dijadikan “pentolan” oleh kakak kelasnya, B mengalami gangguan dalam
bicara. B menjadi sulit dalam mengeluarkan kata-kata dengan baik. B mulai
terbata-bata. B menjadi gagap. Padahal sebelumnya, B tidak seperti itu. Dan
terbukti, setelah B pindah dari sekolah X tersebut ke luar kota, B semakin
terlihat berbeda. B tidak lagi terbata-bata. B sangat bersemangat dalam belajar
dan sekolah, karena lingkungan sekolah yang baru membuatnya nyaman dan tentunya
aman bagi dirinya.
E.
CARA MENGATASI BULLYING DI SEKOLAH
Upaya mencegah bullying di sekolah bisa dimulai dengan menciptakan
budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa takut, melalui pendidikan
karakter, menciptakan kebijakan pencegahan bullying di sekolah dengan
melibatkan siswa, menciptakan sekolah model penerapan sistem anti-bullying,
serta membangun kesadaran tentang bullying dan pencegahannya kepada
stakeholders sampai ke tingkat rumah tangga dan tempat tinggal. Menata
lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik merasa
nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu untuk
pencegahan.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh
seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum
dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun
aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.
Ratiyono mengemukakan dua strategi untuk mengatasi bullying yakni
strategi umum dan khusus.
1. Strategi umum dijabarkan dengan menciptakan kultur sekolah yang sehat.
Ratiyono mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap,
ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang
sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama baik
oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam
memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul.
2. Sedangkan strategi khusus adalah mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang menyebabkan terjadinya tindakan bullying di lingkungan sekolah,
aktifkan semua komponen secara proporsional sesuai perannya dalam menanggulangi
perilaku bullying, susun program aksi penanggulangan bullying berdasarkan
analisis menyeluruh dan melakukan evaluasi dan pemantauan secara periodik dan
berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar