ISI
HATI SEORANG MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING
Awalnya ingin mencurahkan
semuanya ke orang-orang tapi apalah daya, hanya jemariku yang mampu
melakukannya (Hehehe). Isi hati ini mungkin sama dengan mahasiswa bimbingan dan
konseling yang lain yang juga pernah atau sedang merasakan hal yang sama.
Menjadi mahasiswa bimbingan dan konseling adalah sebuah pilihan. Namun awalnya
menjadi seorang mahasiswa bimbingan dan konseling bukanlah pilihan saya
sendiri. Tapi karena pilihan dari ibu dimeja registrasi tempat pendaftaran
mahasiswa baru tahun 2009. Pada saat itu saya hanya memilih dua jurusan saja
yakni pendidikan fisika dan kesehatan masyarakat. Kata ibu tersebut agar memiliki
peluang yang besar untuk lulus jadi sebaiknya saya memilih satu jurusan lagi. Dan
jurusan yang pertama kali ibu tersebut ucapkan adalah “ada bimbingan dan
konseling” sehingga saya memilih jurusan bimbingan dan konseling di pilihan
ketiga. Sampai saat ini takdirpun mengatakan bahwa saya harus menuntut ilmu di
program studi bimbingan dan konseling yang kebetulan almarhum bapak saya juga
termasuk mahasiswa alumni bimbingan dan konseling di universitas yang sama.
Semester pertama menuntut ilmu di
program studi bimbingan dan konseling merasa tertarik dengan mata kuliahnya
niat untuk pindah ke program studi lain pun saya urungkan. Penyampaian materi
yang disampaikan dosen sangat menarik untuk dipelajari. Selain menyampaikan isi
mata kuliah yang mereka bawakan, di sela-sela penyampain materi ada beberapa
dosen yang juga memberikan mata kuliah yang saya menyebutnya mata kuliah
kehidupan, mata kuliah yang tidak di jadwalkan namun bagi saya mata kuliah itu
yang saya tunggu-tunggu di sela-sela pemberian materi. Mata kuliah kehidupan
itu biasanya berbentuk kata-kata mutiara namun mengandung arti bagi
kelangsungan hidup,,(hehehe). Salah satu kata yang pernah dosen saya ucapkan
“dibalik keputusan, resiko menanti” saya cerna baik-baik kata tersebut kata
yang di ucapkan oleh seorang almarhum bapak Sultan Bani, ternyata betul setiap
kita mengambil keputusan pasti ada resikonya sebesar dan sekecil apapun itu.
Kata Bimbingan Dan Konseling suatu
kata yang asing bagi masyarakat awam, yang dulunya bernama BP (bimbingan dan
penyuluhan) setiap ditanya teman atau orang yang lebih tua “kuliah dimana?
Jurusan apa? saya menjawab bk, apa itu bk? Bimbingan dan konseling. Oh,,,yang
suka pukul dan cubit siswa itu? Memangnya ada jurusannya? Saya kira guru bimbingan
dan konseling itu cuma diambil dari guru mata pelajaran, biasanya guru agama,
guru bahasa indonesia yang jadi guru bimbingan dan konseling”. Ucapan yang
seperti itu sudah biasa terdengar ditelinga saya, kadang hati ini tidak mudah
untuk menerimanya, namun ya setelah sering ditanya seperti itu saya mulai
terbiasa untuk menerimanya. karena mereka mengetahui dari dulu bimbingan dan
konseling identik dengan memukul dan menghukum siswa, mungkin sosialisasinya
yang kurang dan juga kesalahan dari awal yang mana guru bimbingan dan konseling
di sekolah bukan berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling sehingga
mereka tidak mengetahui prosedur yang seharusnya guru bimbingan dan konseling
lakukan di sekolah, padahal ada aturan dan teknik khusus yang digunakan oleh
seorang guru bimbingan dan konseling yang tentunya hanya didapatkan selama
menuntut ilmu dibidangnya, ya bimbingan dan konseling.
Selama menuntut ilmu di program
studi bimbingan dan konseling puncak kesibukannya pada saat semester 7 karena
hampir semua mata kuliah yang terprogram disemester tersebut harus meneliti langsung
di sekolah maupun di luar sekolah, menyusun laporan dan persentase. Selanjutnya
memasuki semester 8 mata kuliah yang terprogram adalah PPL dan KKN, selama PPL
di sekolah awalnya siswa menganggap bahwa guru bimbingan dan konseling itu
galak, asal menghukum, menceramahi, mencari-cari kesalahan siswa. Namun lama
kelamaan siswa di sekolah tempat saya PPL menganggap bahwa guru PPL bimbingan
dan konseling lah yang paling perhatian dan mengerti dengan siswa-siswa yang
ada di sekolah, Alhamdulillah sedikit demi sedikit pandangan terhadap guru bimbingan
dan konseling berubah setelah saya mengabdi di sekolah tersebut, dan saya yakin
pasti teman-teman bimbingan dan konseling yang ppl di sekolah lain juga
merasakan hal yang sama dengan saya. Malahan sebagian besar mahasiswa ppl bimbingan
dan konseling lah yang lebih di andalkan. Bukan Cuma di ppl saja mahasiswa bimbingan
dan konseling mendapatkan kesan yang kurang baik, di posko kkn juga teman-teman
prodi dan fakultas lain memberikan pandangan yang sama, mereka berpikir di
sekolah guru bimbingan dan konseling tidak memiliki pekerjaan, nanti ada siswa
yang bermasalah saja baru kerja dan kerjanya hanya memukul dan mencubit siswa,
padahal kalau mereka ketahui besarnya tugas dan tanggungjawab seorang guru bimbingan
dan konseling pasti mereka berpikir sebaliknya. Namun sudut pandang itu pun
berubah setelah mereka melihat banyaknya siswa yang datang ke posko hanya untuk
mencari mahasiswa ppl bimbingan dan konseling untuk sekedar curhat masalah
pribadi mereka, hampir setiap malah siswa-siswa saya datang untuk curhat atau
hanya sekedar jalan-jalan. Saya merasa senang dengan perlakukan siswa seperti
itu, karena mereka sangat antusias menerima kedatangan kami.
Setelah kkn dan ppl berakhir
tibalah saat pembuatan proposal skripsi, inilah masa yang sulit bagi saya dan
teman-teman. Prosedur awalnya memasukkan judul proposal yang juga disetujui untuk
dilanjutkan ke skripsi, bagi jurusan lain memasukkan judul proposal diperbolehkan
sebelum melakukan ppl dan kkn bahkan ujian proposal diperbolehkan bagi mereka,
sedangkan bagi mahasiswa bimbingan dan konseling hal tersebut tidak
diperbolehkan makanya sampai saat ini teman-teman 2009 belum ada satupun yang
wisuda, jangankan wisuda ujian skripsi dan yudisium saja belum ada. Sedangkan
di jurusan lain angkatan 2009 sudah banyak yang wisuda di tahun 2013 kemarin
bahkan di jurusan lain sudah banyak mencetak wisudawan dan wisudawati tiap kali
wisuda. Sedangkan kami masih terus berjuang meraih gelar sarjana sesuai
dengan prosedur yang ada. Inilah yang
membuat kami menjadi sedikit minder apabila di tanyakan sudah ujian skripi?
Sudah wisuda? Dan jawaban kami bervariasi ada yang mengatakan “masih sementara
menyusun, baru ujian proposal, masih sementara penelitian, mau seminar hasil,
masih buat jurnal, dan ada pula yang menjawab ujian skripsi lagi”, yang mungkin
jurusan lain mengatakan hal tersebut di tahun kemarin atau di beberapa bulan
yang lalu, tapi bagi kami jawaban itu terucap nanti setelah beberapa bulan
belakangan ini. Pandangan orangpun berbeda-beda dengan jawaban kami itu, ada
yang bilang “kenapa kamu lama sekali? Kita sudah bnyak yang wisuda, sudah banyak
yang tinggal ujian skripsi” dengan sabar kami menjawab “di bimbingan dan
konseling tidak bisa memasukkan judul sebelum turun kkn dan ppl, sedangkan kkn
sm ppl di program di semester 8, belum lagi dosennya kita yang Cuma sedikit dan
punya pekerjaan yang banyak bukan hanya mengurus mahasiswa yang sedang menyusun
saja” bayangkan saja kalau setiap ketemu dengan siapa saja yang kita kenal
dengan pertanyaan yang sama dan dengan besar hati kami harus menjelaskannya
satu persatu. tak jarang pertanyaan itu selalu terucap di setiap pertanyaan
masing-masing orang. Dengan penjelasan yang seperti itu mereka bisa tau dan
mengerti. Tetapi, terkadang ada beberapa orang yang berpikir kalau mahasiswa bimbingan
dan konseling itu malas dan bodoh karena melihat belum ada satupun yang wisuda
(angkatan 2009). Hati ini tidak begitu saja menerima pandangan yang seperti
itu, karena pada hakikatnya prosedur penyusuan skirpsi di program studi kami
sangatlah berbeda dengan mereka, belum lagi kendala-kendala yang lain. Teman-teman dijurusan lain mungkin dengan
mudahnya menyusun skripsi, bimbingan, mengatur jadwal ujian, clearing nilai, dll.
Sedangkan kami diprodi bimbingan dan konseling harus berusaha mengejar dosen,
menunggu dengan sabar bila mereka mengajar, berusaha dengan sabar bila kedua
dosen pembimbing memiliki pendapat yang berbeda.
Acc judul saja harus menunggu 2
bulan untuk disetujui, belum lagi perjalanan bimbingan yang kalau kita tidak
rajin dan berusaha maka akan semakin menambah perjalanan kita menjadi mahasiswa
karena alasan itu tadi dosen tidak selalu stay di kampus, tidak selalu memiliki
pandangan yang sama dengan isi skripsi kita yang harus membuat kita mengerjakan
kembali draft yang semula telah kita buat, yang kita anggap sudah cukup baik.
Ternyata tidak semudah itu, dalam perjalanan menyusun skripsi masing-masing
mahasiswa bimbingan dan konseling memiliki kendala yang berbeda-beda ada yang
terkendala di latar belakang, penulisan kajian pustaka, angket, satlan, perhitungan
hasil penelitian dan bahkan ada yang sudah selesai bimbingan dengan salah satu
dosen pembimbingnya setelah bimbingan ke dosen pembimbing yang satu lagi, dosen
tersebut tidak menerima judul mahasiswanya artinya judul itu harus diganti,
entah diganti sepenuhnya atau salah satu variabelnya saja. Kalau sudah begitu,
berarti harus mulai dari awal lagi yakni acc judul kembali. Sulit bukan? Itu
salah satu perjalanan yang menurut saya harus dilalui dengan kesabaran,
kebesaran hati, mental yang kuat dan tentunya usaha yang keras.
Sekarang saya sudah berada di tahap
terakhir yaitu ujian skripsi, setelah sebelumnya telah menyelesaikan seminar
proposal, seminar hasil dan menyusun artikel penelitian. Tetapi tidak dengan mudah untuk melaksanakan
ujian skripsi, ada beberapa persyaratan yang harus dilengkapi, salah satunya
adalah clearing nilai di pengajaran fkip dan BAAk. Sampai sekarang saya dan
teman-teman yang ingin ujian skripsi terhambat di clearing nilai, karena adanya
peraturan baru yang dikeluarkan oleh rektor UNTAD mengenai clearing nilai yang
harus ditegaskan di lingkungan UNTAD untuk mencegah terulangnya hal-hal yang
tidak diinginkan di tahun-tahun kemarin. Clearing nilai di program studi
bimbingan konseling sendiri terhambat karena adanya DPNA mata kuliah yang belum
lengkap, sehingga harus di lengkapi terlebih dahulu dengan meminta arsip DPNA
di bagian pengarsipan nilai pengajaran.
Semua itulah yang menjadi kendala
saya dan teman-teman sesama mahasiswa bimbingan dan konseling, tetapi orang
lain memandang berbeda akan kendala yang terjadi, semua yang telah saya
jelaskan di atas merupakan kendala yang berada di luar diri mahasiswa. Jadi
buat teman-teman sesama mahasiswa bimbingan dan konseling janganlah menjadikan
masalah tersebut menjadi kendala yang berarti bagi penyusuanan skripsi kita.
Jadikan itu semua menjadi pemicu kita untuk membuktikan ke orang banyak bahwa
kita mampu menyelesaikan studi dengan waktu yang sesuai dengan usaha dan
kemampuan kita, karena Tuhan akan membalas usaha kita sekecil apapun itu. Suatu
pekerjaan tidak akan selesai kalau tidak dikerjakan, manfaatkan waktu yang ada
karena hari ini belum tentu sama keadaannya dengan hari esok dan ada hal-hal
yang tak perlu menunggu kita sempurna untuk melakukannya asal ada niat kuat dan
tindakan yang akan membuktikan niat tersebut.
“Man jadda wajada”
(Barang siapa bersungguh-sungguh,
maka pasti akan berhasil)
“Bermimpi setinggi-tingginya,
Berusaha sekuat-kuatnya dan mendekati Allah sedekat-dekatnya”.
-Ahmad Rifai Rifan-
* Catatan
oleh Raodhatul Jannah