Selasa, 25 Maret 2014

Iseng-Iseng Nulis Cerpen dan pernah di ikutkan lomba tapi belum bisa lolos..belum rejeki berarti..hehehe



Kisah Hidup Dini
Angin di sore hari meniup rambut panjang dan lurus seorang wanita yang sedang duduk-duduk santai dibalkon lantai dua rumahnya dengan di temani seorang lelaki setengah baya, wanita itu bernama Dini, dan lelaki setengah baya itu adalah pak Suwito ayah Dini. Dini adalah seorang gadis yang dulunya seorang aktifis kampus, namun setelah ia mengalami kecelakaan hebat yang mengakibatkan kedua kakinya patah dan harus di amputasi hingga akhirnya Dini hanya bisa menggunakan kursi roda, Dini mengundurkan dirinya sebagai aktifis kampus yang berkiprah di BEM Universitas karena ia menyadari dengan keadaannya yang seperti ini ia tak dapat lagi melanjutkan aktifitasnya sebagai seorang ketua BEM Universitas, sehingga sejak saat itu Dini pun meninggalkan kampus dan hanya berdiam diri di rumah saja.
            Dirumah, Dini hanya memiliki seorang Ayah dan dua pembantu rumah tangga, sejak ia SMP ayah dan ibunya telah bercerai dan Dini di asuh oleh Ayahnya yang seorang Pengusaha di bidang tekstil sedangkan Ibunya pergi meninggalkannya dan menikah lagi dengan seorang pengusaha di Semarang. Perceraian kedua orang tuanya sempat membuat Dini drop, namun seiring berjalannya waktu ia mulai menerima hal tersebut. Selain itu Dini juga mempunyai seorang pacar yang bernama Doni, ia tetap setia mendampingi Dini bagaimanapun keadaannya, walaupun Dini pernah memutuskan hubunganya dengan Doni karena ia menganggap Doni tidak akan bahagia bersamanya. Namun hal itu tidak mengurungkan niat Doni untuk tetap bersama Dini, semangat dan dukungan dari Ayah dan Doni menjadi satu titik terang buat Dini, ia menyadari bahwa kecelakan yang dialaminya tidak menghalangi cita-citanya menjadi seorang desainer, Dini adalah lulusan SMK jurusan tata busana, desainer adalah cita-citanya semenjak ia duduk di bangku sekolah menengah pertama dan setelah ia menyelesaikan pendidikannya di SMK ia lalu meneruskan pendidikannya di fakultas seni rupa dan desain jurusan kriya desain produk pada salah satu perguruan tinggi swasta. Kursi roda yang sebagai pengganti kedua kakinya tidak lagi menjadi penghalang baginya untuk mewujudkan keinginannya menjadi seorang desainer.
Dini menuangkan kreatifitasnya pada desain-desain pakaian yang di gambarnya di atas kertas, kini hasil desain yang dibuatnya telah terkenal di pasaran dengan bantuan ayahnya yang seorang pengusaha tekstil dan memiliki banyak karyawan yang dapat membantunya menjahit rancangan yang dibuat oleh Dini. Seiring berjalannya waktu, Dini semakin giat untuk berkreasi dalam membuat desain-desain pakaian wanita yang modis, sehingga ia tidak memiliki waktu yang banyak untuk bertemu Doni, hal tersebut mengakibatkan Doni jenuh dalam menjalin hubungannya dengan Dini.
            Pada suatu ketika di malam hari, Doni datang menghadiri acara ulang tahun temannya yang bernama Rian dan tanpa di sengaja ia bertemu Tasya di acara ulang tahun tersebut, Tasya adalah mantan kekasih Doni sewaktu ia duduk di bangku sekolah Menengah Atas atau SMA, Tasya adalah cinta pertama Doni dan ialah gadis yang sangat dicintainya dulu namun karena alasan Tasya yang ingin kuliah di luar kota sehingga ia harus memutuskan hubungannya dengan Doni, pada saat itu Doni sangat kecewa kepadanya. Namun sekarang Tasya telah kembali untuk melakukan penelitian demi kepentingan skripsinya. Dalam pertemuannya dengan Tasya di acara ulang tahun Rian, Doni tidak lagi mengingat-ingat masa lalunya dengan Tasya mereka malah berbincang-bincang dengan santainya di malam itu dengan merasakan tiupan angin malam yang mengakrabkan suasana perbincangan itu.
            Setelah acara malam itu, Doni bertukar nomor handphone dengan Tasya dan akhirnya mereka berdua saling berkomunikasi lewat telfon dan sms, Tasya tidak mengetahui kalau Doni sudah memiliki kekasih lagi dan Doni pun tidak memberitahu kepada Tasya akan hal tersebut, seiring berjalannya waktu komunikasi antara mereka berdua pun terjalin dengan sangat dekat, sesekali Doni membantu Tasya menyusun skripsinya tanpa sepengetahuan Dini.
            Pada suatu ketika di siang hari, Dini mengajak Ayahnya untuk makan siang di tempat favorit mereka, Dini dan Ayahnya mempunyai tempat makan favorit yang terkenal dengan makanan sea foodnya, dulu sebelum Dini mengalami kecelakaan ia dan ayahnya sering mengunjungi tempat itu dan menceritakan banyak hal tentang kuliah dan aktifitasnya di kampus, namun setelah ia mengalami kecelakaan pada waktu itu, ia tak mau lagi mengunjungi tempat itu karena fisiknya yang membuatnya malu. Akan tetapi, semangat Ayah dan Doni membangkitkan semangatnya untuk tidak lagi bersedih dan meratapi nasibnya yang kurang baik, toh kenyataannya sekarang Dini dapat bangkit lagi dari keterpurukan yang di alaminya.
            Sambil menyantap kepiting asam manis yang di pesannya, ia tak sengaja melihat Doni bersama wanita lain, dan wanita itu adalah Tasya, Dini melihat mereka berdua saling berbincang dengan mesranya dan sesekali Doni merapikan rambut Tasya yang sengaja di acak-acaknya. Seketika itu, Dini meradang dan tak punya nafsu makan lagi, ayahnya pun melihat sikap Doni kepada Tasya yang begitu mesra, tanpa berpikir panjang ayahnya pun mendorong kursi roda yang di gunakan Dini serta  membawanya pulang dan langsung membayar makanan yang mereka pesan tanpa mengahabiskannya.
            Di dalam mobil, Dini merenung dan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya sepertinya Dini merasa sangat terpukul akan hal tersebut, dan tanpa menyadarinya air mata Dini pun jatuh dengan perlahan, betapa sakitnya hati Dini melihat kejadian itu, ayah Dini hanya bisa menguatkan hatinya dengan sesekali mengelus kepala dan bahu Dini yang terangkat akibat tangisan yang tak tertahankan. Sesampainya mereka di rumah, ayah Dini langsung menelfon Doni dan memberitahu kejadian yang mereka lihat tadi dan tidak memberi kesempatan kepada Doni untuk memberikan komentar terhadap hal tersebut dan tanpa basa-basi ayah Dini pun mengancam Doni untuk tidak lagi berhubungan dengan Dini.
            Di tempat lain, Doni merasa terkejut terhadap semua yang diceritakan oleh ayah Dini, ia menyesal akan hal itu, ia menceritakan semuanya kepada Tasya, Tasya tak menyangka kalau Doni sudah mempunyai kekasih, entah mengapa hati Tasya sangat kecewa akan hal itu, pertemuannya dengan Doni telah menumbuhkan kembali perasaan cinta yang pernah ia rasakan sebelumnya terhadap Doni. Sehingga Tasya menegaskan kepada Doni untuk memilih salah satu dari mereka berdua, walaupun Doni sangat merasa bersalah kepada Dini, namun ia merasa kecintaannya terhadap Tasya lebih besar dibandingkan cintanya terhadap Dini.
            Pada suatu hari Doni dan Tasya berniat untuk mendatangi rumah Dini dan ingin menjelaskan semuanya terhadap Dini. Pagi itu, dengan perasaan yang tak menentu Dini menyuruh kedua tamunya itu masuk ke ruang tamu, dengan mengatur posisi duduk yang paling nyaman, Doni menceritakan semuanya kepada Dini, termaksud perasaan Doni terhadap Tasya. Tasya yang berada di samping Doni sesekali menundukkan kepala yang menunjukkan rasa bersalahnya terhadap Dini, namun apa dikata Doni dan Tasya sudah saling mencintai sejak lama, dan hanya membutuhkan beberapa waktu saja cinta mereka dapat tumbuh dan berkembang lagi seperti dulu. Mendengar penjelasan yang panjang lebar dari Doni, Dini tak sanggup lagi dan tak menyadari ia mengusir kedua tamunya tersebut dari rumahnya. Sontak tangisan Dini pun pecah memecah keheningan rumahnya, tangannya pun tak mampu mendorong kedua roda yang terdapat pada kursi roda yang didudukinya. Mendengar tangisan Dini, pembantunya pun segera membantunya mendorong kursi rodanya menuju ke kamar.
Sejak kejadian itu, hari-hari Dini pun di jalaninya dengan penuh kesedihan, tak ada lagi semangat dalam diri seorang Dini, tak ada lagi kreatifitas yang ia tuangkan melalui desain-desain pakaian yang modis, semangat dari seorang ayah pun tak mampu membuatnya untuk bangkit kembali, semua kejadian yang dialaminya membuatnya merasa tertekan, mulai dari perceraian kedua orang tua, kecelakaan yang mengakibatkan kedua kakinya di amputasi, hingga pacar yang dianggapnya sempurna di matanya juga harus meninggalkannya. Hanya ada seorang Ayah yang selalu mendampingi dan menyemangatinya.
Suatu pagi, Dini merasa tubuhnya lemas dan kepalanya terasa sakit ia meminta bantuan oleh pembantunya untuk membelikannya obat di apotik, setelah meminum obat tersebut, ia merasa sedikit lebih baik, namun sakit kepala yang dideritanya kambuh lagi, ia tak pernah menceritakan hal tersebut kepada ayahnya, sakit yang di deritanya di simpannya sendiri karena ia merasa tak punya daya lagi untuk hidup. Sehingga pada keesokan harinya ayahnya mendapatinya telah pingsan di lantai kamarnya dengan posisi lemah tak berdaya, ayahnya pun segera membawanya ke dokter, dokter mendiaknosa bahwa Dini menderita penyakit kanker otak stadium empat, kecelakaan yang mengakibatkan benturan di kepalanya yang menyebabkan trauma pada jaringan otak, sehingga bisa jadi penyebab tumbuhnya jaringan abnormal dalam otak yang kemudian dapat berkembang menjadi kanker otak.
Seiring berjalannya waktu Dini melakukan pengobatan kemoterapi, dengan di temani sang ayah, Dini selalu chek up ke dokter untuk melakukan kemoterapi, namun usaha tersebut tidak memberikan kemajuan yang berarti terhadap kesehatan Dini, daya ingat dan respon Dini pun mulai menurun, selain itu ia juga tidak dapat mendengar dan melihat dengan baik, semakin hari kesehatan Dini pun menurun. Ayahnya selalu berusaha menyemangati Dini dan memberikan pengobatan yang terbaik baginya, namun Dini tidak mempunyai semangat hidup lagi, dan pada suatu ketika tubuh Dini pun tak dapat merasakan sentuhan lagi dan ia pun tak sadarkan diri, ayahnya segera membawanya kedokter dan dokter berusaha menyadarkannya dengan bantuan alat-alat rumah sakit, tetapi Tuhan berkehendak lain nyawa Dini pun tak tertolong lagi dan pada akhirnya ia meninggal dunia.

TAMAT