Kamis, 14 Juni 2012

Tugas Mata Kuliah Layanan KOnseling di Perluas

SISWA YANG MEM-BULLYING DI SEKOLAH

A.      PENGANTAR
Sekolah merupakan pendidikan formal yang menunjang keberhasilan anak bangsa karena sekolah merupakan wadah untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pendidikan, dengan adanya pendidikan di sekolah maka akan tercipta kader-kader penerus bangsa yang bermutu  dan berkualitas.
Ada kalanya di lingkungan sekolah terdapat siswa yang memiliki prestasi  tinggi dan juga terdapat siswa yang mempunyai prestasi yang rendah hal tersebut terjadi bukan hanya di akibatkan karena faktor dari dalam diri siswa itu sendiri, melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungannya, baik lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Tujuan pendidikan telah dirumuskan dengan sangat baik, tetapi hal itu tidak otomatis tidak terjadi permasalahan di dunia pendidikan salah satu permasalahan yang terjadi didunia pendidikan adalah mengenai perilaku siswa permasalahan yang muncul mulai dari masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian sampai perkelahian atau pemukulan sampai berakhir kematian.
Kekerasan yang dilakukan berlansung secara sistematis dengan istilah bullying. Bullying sendiri di definisikan sebagai tindakan menyakiti secara fisik dan psikis secara terencana oleh pihak yang merasa lebih berkuasa terhadap yang lemah.
            Tindakan intimidasi atau bullying kerap menjadi ketakutan bagi para peserta didik, orangtua, dan kalangan pendidik, karena bullying merupakan suatu tindakan kekerasan, pelecehan dan intimidasi yang dapat mencelakakan murid di sekolah. Bullying bisa dilakukan secara verbal (mengatai, menjuluki, menghina, mencela, memfitnah, memaki, atau mengancam), secara fisik (menendang, mencubit, menghukum dengan lari keliling lapangan, dll), dan mental (menjauhi, meneror, mengintimidasi, diskriminasi, mengabaikan, memelototi, dll). Dalam kaitannya dengan bullying di sekolah, ini bisa dilakukan oleh individu ke individu, kelompok ke individu atau kelompok ke kelompok. Tujuannya adalah si pelaku ingin menunjukkan kekuatannya kepada orang lain.
Misalnya, para senior yang ingin menunjukkan kekuatannya pada junior dengan cara menguji fisik. Bisa jadi dalam pandangan si senior, adik kelasnya ini cupu (culun punya), pendiam, banyak tingkah, atau mengabaikan kehendak senior. Dan pada akhirnya karena kebablasan, terjadilah penganiayaan yang sudah masuk kategori kriminal. Contoh lain misalnya seorang siswa yang semena-mena terhadap orang lain khususnya siswa yang kurang mampu secara fisik maupun materi karena ia menganggap dirinya memiliki kelebihan baik fisik maupun materi dan tergolong anak orang kaya maka siswa tersebut melakukan tindakan intimidasi agar siswa lain tunduk padanya, atau dalam kasus lain intimidasi terjadi karena adanya keinginan untuk membalas dendam.
Banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya bullying. diantaranya karena faktor orangtua di rumah yang tipe suka memaki, membandingkan atau melakukan kekerasan fisik. Yang dapat mengakibatkan anak bisa menjadi individu yang merasa rendah diri ataupun pemarah. Di sekolah dia bisa menjadi pembuli (pelaku bullying) atau dibuli (korban bullying). Selain faktor orangtua, teman-teman juga bisa menjadi pemicu. Supaya dianggap cool, anak-anak ikut-ikutan menjadi pembuli. Faktor lain misalnya, anak-anak yang sangat dimanja di rumah, atau tergolong anak orang kaya yang keinginannya selalu di wujudkan oleh orang tuanya sehingga semua orang di sekolah harus tunduk pada dia. Atau, faktor media yang banyak menayangkan tontonan kekerasan.
B.       TUJUAN
1.         Agar siswa dapat menghindari dan mencegah perilaku bullying yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
2.         Membuka pengatahuan siswa bahwa bullying merupakan tindakan intimidasi yang dapat berujung kematian.
3.         Siswa di harapkan memiliki perilaku yang bermoral dan berkarakter dengan tidak melakukan tindak kekerasan di lingkungan sekolah, keluarga maupun di masyarakat.

C.      TOPIK : Siswa Yang Mem-Bullying di Sekolah

D.      CONTOH KASUS
Contoh kasusnya adalah pada seorang anak laki-laki sebut saja si B yang baru saja duduk di bangku SMA disalah satu sekolah X. Awalnya B sangat bersemangat untuk sekolah di sekolah X tersebut, karena sekolah ini adalah salah satu sekolah favorit di kota tempat ia tinggal. B pun merasa senang karena memiliki teman-teman yang sangat banyak dan baik padanya. Namun dengan berjalannya waktu, B mulai merasa bahwa dirinya kurang nyaman dan merasa terancam dengan keberadaan kakak kelas dan para alumni di sekolah X tersebut. Setiap hari B harus selalu mengumpulkan uang dari teman-teman sekelasnya untuk disetor kepada kakak kelasnya. B melakukan ini karena merasa cemas dan takut dipukuli oleh seniornya, walaupun sebenarnya ia merasa bersalah terhadap teman-teman sekelasnya. Hingga suatu hari, teman-temannya melaporkan hal ini kepada salah satu guru untuk melindungi B dari perilaku buruk kakak kelasnya. Namun apa yang terjadi, B merasa takut untuk ke sekolah, ia lebih sering kabur dari sekolah karena takut untuk dimintai keterangan tentang apa yang terjadi. Dan yang paling menyedihkan adalah semenjak B dijadikan “pentolan” oleh kakak kelasnya, B mengalami gangguan dalam bicara. B menjadi sulit dalam mengeluarkan kata-kata dengan baik. B mulai terbata-bata. B menjadi gagap. Padahal sebelumnya, B tidak seperti itu. Dan terbukti, setelah B pindah dari sekolah X tersebut ke luar kota, B semakin terlihat berbeda. B tidak lagi terbata-bata. B sangat bersemangat dalam belajar dan sekolah, karena lingkungan sekolah yang baru membuatnya nyaman dan tentunya aman bagi dirinya.

E.       CARA MENGATASI BULLYING DI SEKOLAH
Upaya mencegah bullying di sekolah bisa dimulai dengan menciptakan budaya sekolah yang beratmosfer belajar tanpa rasa takut, melalui pendidikan karakter, menciptakan kebijakan pencegahan bullying di sekolah dengan melibatkan siswa, menciptakan sekolah model penerapan sistem anti-bullying, serta membangun kesadaran tentang bullying dan pencegahannya kepada stakeholders sampai ke tingkat rumah tangga dan tempat tinggal. Menata lingkungan sekolah dengan baik, asri dan hijau sehingga anak didik merasa nyaman juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan akan membantu untuk pencegahan.
Sekolah sebaiknya mendukung kelompok-kelompok kegiatan agar diikuti oleh seluruh siswa. Selanjutnya sekolah menyediakan akses pengaduan atau forum dialog antara siswa dan sekolah, atau orang tua dan sekolah, dan membangun aturan sekolah dan sanksi yang jelas terhadap tindakan bullying.
Ratiyono mengemukakan dua strategi untuk mengatasi bullying yakni strategi umum dan khusus.
1.      Strategi umum dijabarkan dengan menciptakan kultur sekolah yang sehat. Ratiyono mendeskripsikan kultur sekolah sebagai pola nilai-nilai, norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah dilaksanakan oleh warga sekolah secara bersama baik oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa sebagai dasar dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul.
2.      Sedangkan strategi khusus adalah mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang menyebabkan terjadinya tindakan bullying di lingkungan sekolah, aktifkan semua komponen secara proporsional sesuai perannya dalam menanggulangi perilaku bullying, susun program aksi penanggulangan bullying berdasarkan analisis menyeluruh dan melakukan evaluasi dan pemantauan secara periodik dan berkelanjutan.